Senin, 16 Februari 2009

Sastra itu Indah


Cetak E-mail
Friday, 26 December 2008 12:00 WIB
LINDA Y HASIBUAN
WASPADA ONLINE

alphabet.jpgTidak banyak anak zaman sekarang yang mau membaca sebuah karya sastra. Kata-katanya yang dirangkai dengan indah dan memiliki unsur seni yang tinggi ternyata dianggap membosankan. Namun sebuah prestasi yang mengagumkan berhasil diukir oleh sebuah sekolah dasar di Medan.

Baru-baru ini sekolah dasar Panca Budi di Medan mengukirkan prestasi mereka lewat sastra. Anak-anak yang masih berusia dini begitu mencintai dan menghargai sastra sehingga mereka di nobatkan sebagai juar ke-3 pada penghargaan lomba puisi yang diadakan oleh Balai Bahasa Pusat di Jakarta.

Prestasi anak-anak usia SD ini tentunya tidak terlepas dari bimbingan para guru dan pihak sekolah. Bagaimana dan apa saja yang telah diberikan para pembimbing mereka sehingga mampu menuliskan nama sekolah mereka di Balai Bahasa pusat?

Berikut wawancara Waspada Online bersama Nur Hilmi Daulay, salah seorang guru di sekolah dasar Panca Budi Medan.

Sebagai pembimbing eskul sastra, bagaimana perkembangan sastra di Indonesia saat ini?

Sastra di Indonesia tentu saja selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Mulai dari angkatan 45, lalu ke angkatan 66 hingga ke sastra modern yang tidak terikat bait dan sajak. Bebas berkespresi. Mulai dari media cetak berbentuk koran, buku, majalah, hingga internet. Hanya saja apresiasi masyarakat serta instansi pemerintah tidak terlalu tinggi dalam bidang ini.

Ini terlihat dari kurang maraknya kegiatan dan tulisan berbau sastra di Indonesia baik dalam bentuk lomba maupun yang diterbitkan di media cetak yang berhubungan dengan sastra juga kurang memasyarakat dan hanya dikonsumsi para budayawan atau seniman atau sebagian kecil dari masyarakat. Padahal banyak siswa, mahasiswa, bahkan umum yang berbakat yang membutuhkan media untuk menyalurkan minat dan bakatnya.

Bagaimana menurut Anda mengenai minat para siswa saat ini terhadap karya sastra?

Sebenarnya banyak diantara para siswa yang berminat dan berbakat di bidang ini,karena itulah diperlukan bimbingan dan latihan untuk mengembangkan minat dan bakat tersebut.

Bagaimana kiat Anda dalam menumbuhkan minat para siswa SD ini terhadap karya sastra, sementara mereka masih tergolong anak-anak?

Sebenarnya ketika pelajaran bahasa Indonesia di kelas mereka telah disuguhi ilmu pengetahuan tentang dasar-dasar sastra, termasuk puisi, cerpen, drama, dan sebagainya. Dan dalam aplikasinya ada majalah dinding sekolah yang bisa mem-provokasi mereka untuk lebih tertarik dalam berkarya. Para pembimbing juga akan terus meng-upload informasi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan tersebut agar anak-anak lebih terpacu.

Mengapa siswa-siswa ini cenderung menyukai sastra?

Jawabannya mungkin beragam ya, tergantung siswanya. Tapi secara umum mereka menyukainya karena ada kebebasan berekspresi di dunia sastra, anak-anak banyak yang suka akting, menulis, dan tentu saja karena sastra itu indah.

Lalu bagaimana mengatasi kejenuhan anak-anak ketika mereka jenuh menghadapi kegiatan ini?

Usia anak-anak SD masih termasuk usia belajar sambil bermain. Kalau jenuh, mereka bisa kita bawa belajar di alam, membaca karya yang sudah ada, atau dengan metode-metode lain yang dapat mengatasi kejenuhan mereka.

Apa kesulitan yang paling berarti ketika mengajarkan karya sastra kepada mereka?

Sebenarnya semua diawali dari keinginan. Biasanya anak-anak yg ikut ekskul adalah anak-anak yang memang punya minat dan bakat dibidang itu. Jadi menurut saya tidak ada kesulitan yang benar-benar berarti karena semua dimulai dengan niat dan hati. Kesulitan secara umum, adalah membuat mereka konsentrasi. Karena biasanya anak-anak konsentrasinya sebentar lalu kembali bermain, lalu diajak konsentrasi lagi.

Harapan-harapan para pembimbing kepada pihak terkait seperti sekolah, pemerintah, atau dinas pendidikan?

Saya berharap lebih ditingkatkan kepedulian dan apresiasi terhadap karya sastra. Karena sebenarnya banyak diantara kita yang punya bakat dan berpotensi besar. Lomba-lomba, wadah media, apresiasi materil juga perlu dipertimbangkan. Hose Rizal Manua juga membawa anak-anak Indonesia dan memenangkan beberapa medali di Moscow yang mengharumkan nama Indonesia dalam bidang seni di mata dunia, juga karena karya sastra dan seninya.

Bagaimana reaksi sekolah ketika mengetahui prestasi siswanya?

Alhamdulillah, sekolah senang sekali karena telah membawa nama sekolah ke pusat. Karena ada 2 siswa sekaligus yang memenangkan lomba. Juara II atas nama Danish Sahil dengan judul Sebait Doa dan juara harapan I Maghfira A Rahma dengan judul Ibuku Luar Biasa. Sedang juara I dari Papua, dan juara III dari Bali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar